Cerpen jaman kelas 2 SMA. Monggolah dibaca aja :)
Arya Saputra Ibrahim, nama orang itu.. Yang telah mengisi hati ku sejak 3 taun yg lalu... Pernah aku mencoba mengungkapkan prrasaan ku yg sesungguhnya.. Bahwa aku sangat sayang kepadanya.. Tapi ada sesuatu yang menghalangi niat ku itu...
________________________
3 tahun yang lalu..
"Cy, lo bawa bungkusan apaan tuh?" tiba2 Meidy udah ada didepanku
"Ah.. Ini.. Bukan apa2an kok"
aku berbohong, sebenarnya aku ingin sekali menceritakan hal ini kepada sahabat ku itu, tapi aku belum siap, aku malu untuk menceritakan bahwa sesungguhnya aku udah lama sekali menyukai Arya. Anggota rohis yang aktif mengadakan rapat dimesjid skolah. Dia sebenarnya tidak terlalu tampan, dan bukan cowok idola disekolah. Tapi ada beberapa hal yg membuatku menyukainya. Dia memiliki hati yg suci, tutur katanya halus.. Senyum yang lembut. Rajin beribadah pula.. Yah.., walaupun aku tak sekeyakinan dengannya...
Hari ini pun aku bermaksud menyampaikannya dengan memberi bingkisan yang isinya tak terlalu mewah, hanya saja mungkin dia menyukainya.
"Bukan apa2 apanyaaa... Hayo, lo nyembunyiin sesuatu pasti.. Muka lo merah gitu" Meidy membuat ku salah tingkah... Karena tak kuat menahan malu, aku pun berlari sekencang2nya untuk bersembunyi.
"Aduh... Mei, maafin gue ya gak bisa ngasi tau... Tapi tolong ngerti perasaan gue.. Walaupun gue tau dia gak akan bisa nerima cinta gue, tapi seenggaknya gue udah nyampein itu. Dan setelah itu baru gue bakal nyeritain semuanya ke elo..." aku akhirnya brsembunyi di kantin sambil brbicara sendiri dengan suara pelan.
Setelah aku memantapkan hati, aku pun melangkah menuju mesjid yg pada jam istirahat pasti sedang mengadakan rapat rohis. Aku akan menunggu dibangku panjang yg terdekat.
Aku melihatnya dari kejauhan, dia tertawa renyah sambil menunjuk selebaran ceramah yg mereka buat dan akan disebarkan kepada murid2 yg beragama Islam disetiap kelas.
5 menit kemudian ku lihat mereka udah bersiap2 bubar...
"Lucy! Ternyata lo disini, gue cariin juga.. " suara Meidy mengagetkanku dan kontan aku pun membalikan badan, bingkisanku pun terjatuh
"Mei.. Meidy..!" saking kagetnya aku tak sempat mengambil bingkisan itu, dan tak ku duga Meidy langsung memungut dan membaca tulisan yang ada pada label bingkisan 'Buat Arya'
"Aha!Sekarang gue udah tau lo mau kasi ini kesiapa... Cie cie.." muka ku pun memerah saking malunya. Tiba2...
"Hoi Arya! Si Lucy mau ngasi ini nih ke elo... Cie... " Meidy berteriak sampai terdengar dia dan seluruh anggota rohis yang sedang memakai sepatu.
Mereka pun tersenyum2 mendengar teriakan itu dan tertawa menggodai Arya. Dia diam dan sepertinya masih bingung.
"MEIDY ELO APA-APAAN SIH..!! TEGA BANGET LO SAMA GUE..!" aku pun kalap dan merebut bingkisan itu kemudian berlari menuju gerbang sekolah. Air mata ku jatuh tapi aku tetap berlari, sejauh-jauhnya.
"Lucy... Kayaknya gue udah keterlaluan sama dia... Aduh gimana nih.. Cy, maafin gue.." Meidy menyesali perbuatannya tadi.
Aku sudah berlari sampai aku tidak tahu lagi ada dimana.. Saat dibelokan. Tiba2....
_____________________________________________________________________________
Arya
Aku berjalan kaki menuju rumah sepulang sekolah. Aku memikirkan kejadian tadi, sesampai didepan rumah aku melihat Lucy sedang berdiri menyenderkan bahunya ditiang listrik.
"Loh Lucy? Kamu kenapa ada didepan rumahku?" aku bertanya kepadanya, ia hanya tersenyum.
"Hai Arya, gak apa-apa kok. Aku cuman lagi nunggu kamu"
"Nunggu aku? Untuk apa?" aku pun bingung.
"Aku..." dia mengeluarkan sebuah bingkisan dan memberikannya kepadaku
"Mau ngasih ini aja sama kamu..." katanya masih tersenyum
"Jadi yang tadi beneran? Kalo kamu mau kasih ini sama aku?"
"Hehe, iya bener kok. Cuman aku malu aja, abis tadi Meidy pake teriak segala.. Temen-temen kamu jadi pada dengar kan?"
"Oh gitu... Tapi kenapa kamu gak ngasihnya besok aja? Kan kita sekolah" aku bingung melihat ia menggelengkan kepala
"Gak bisa, Arya.. Bingkisan itu udah 3 bulan ketunda karena aku belum siap nyerahinnya, sekarang aku gak mau nunda lagi.." aku semakin bingung mendengar pernyataannya, memangnya benar2 gak bisa besok?
"Hemm. . Udah dulu ya, aku cuman mau kasi itu aja, daah..." ia berbalik dan berjalan tanpa beri aku kesempatan bicara. Tapi... Aku kok kayak ngeliat ada sayap dipunggungnya ya? Eh, pasti hanya khayalan aja.
Didalam rumah aku bermaksud membuka bingkisannya, tiba2 telepon berbunyi...
Trililit...
"Assalamualaikum.." aku pun mengangkat telepon dan memberi salam.
"Wa..Walaikumsalam... A..Arya ini gu.. Gue Meidy temennya... Lucy.." ku dengar seseorang yang sedang menelpon ini terisak.
"Iya ada apa?" aku pun bertanya karena tidak disangka mendapat telepon dari orang yang gak terlalu aku kenal sebelumnya.
"Lucy.. Lucy meninggal karena kecelakaan saat sedang berlari... Ta..Tadi ada saksi yang ngasih tau ke rumahnya..." berita itu sangat mengagetkan ku, Lucy meninggal? Rasanya baru tadi aku bertemu dengannya...
"Tapi... Aku tadi baru aja ketemu sama dia" aku mencoba meyakinkan temannya itu
"Gak mungkin! Dia tewas seketika setelah tertabrak... Gak.. Gak mungkin..." aku terdiam mendengarnya. Dia pun menutup telpon,sementara aku masih diam. Aku kembali kekamar. Membuka bingkisan tadi, ternyata isinya sebuah kaset yang hanya berisi 1 lagu yaitu 'Nuansa Bening' dari Vidi Aldiano yang sangat kusukai, aku pun terus memutarnya, dan wajah gadis itu tiba-tiba terngiang dibenakku. Lucy. Walaupun aku tak mempunyai perasaan apa-apa terhadapmu tapi aku akan menyimpan kenanganmu dan melodi ini dihatiku. Selamat tinggal, semoga kamu tenang disana.
Arya Saputra Ibrahim, nama orang itu.. Yang telah mengisi hati ku sejak 3 taun yg lalu... Pernah aku mencoba mengungkapkan prrasaan ku yg sesungguhnya.. Bahwa aku sangat sayang kepadanya.. Tapi ada sesuatu yang menghalangi niat ku itu...
________________________
3 tahun yang lalu..
"Cy, lo bawa bungkusan apaan tuh?" tiba2 Meidy udah ada didepanku
"Ah.. Ini.. Bukan apa2an kok"
aku berbohong, sebenarnya aku ingin sekali menceritakan hal ini kepada sahabat ku itu, tapi aku belum siap, aku malu untuk menceritakan bahwa sesungguhnya aku udah lama sekali menyukai Arya. Anggota rohis yang aktif mengadakan rapat dimesjid skolah. Dia sebenarnya tidak terlalu tampan, dan bukan cowok idola disekolah. Tapi ada beberapa hal yg membuatku menyukainya. Dia memiliki hati yg suci, tutur katanya halus.. Senyum yang lembut. Rajin beribadah pula.. Yah.., walaupun aku tak sekeyakinan dengannya...
Hari ini pun aku bermaksud menyampaikannya dengan memberi bingkisan yang isinya tak terlalu mewah, hanya saja mungkin dia menyukainya.
"Bukan apa2 apanyaaa... Hayo, lo nyembunyiin sesuatu pasti.. Muka lo merah gitu" Meidy membuat ku salah tingkah... Karena tak kuat menahan malu, aku pun berlari sekencang2nya untuk bersembunyi.
"Aduh... Mei, maafin gue ya gak bisa ngasi tau... Tapi tolong ngerti perasaan gue.. Walaupun gue tau dia gak akan bisa nerima cinta gue, tapi seenggaknya gue udah nyampein itu. Dan setelah itu baru gue bakal nyeritain semuanya ke elo..." aku akhirnya brsembunyi di kantin sambil brbicara sendiri dengan suara pelan.
Setelah aku memantapkan hati, aku pun melangkah menuju mesjid yg pada jam istirahat pasti sedang mengadakan rapat rohis. Aku akan menunggu dibangku panjang yg terdekat.
Aku melihatnya dari kejauhan, dia tertawa renyah sambil menunjuk selebaran ceramah yg mereka buat dan akan disebarkan kepada murid2 yg beragama Islam disetiap kelas.
5 menit kemudian ku lihat mereka udah bersiap2 bubar...
"Lucy! Ternyata lo disini, gue cariin juga.. " suara Meidy mengagetkanku dan kontan aku pun membalikan badan, bingkisanku pun terjatuh
"Mei.. Meidy..!" saking kagetnya aku tak sempat mengambil bingkisan itu, dan tak ku duga Meidy langsung memungut dan membaca tulisan yang ada pada label bingkisan 'Buat Arya'
"Aha!Sekarang gue udah tau lo mau kasi ini kesiapa... Cie cie.." muka ku pun memerah saking malunya. Tiba2...
"Hoi Arya! Si Lucy mau ngasi ini nih ke elo... Cie... " Meidy berteriak sampai terdengar dia dan seluruh anggota rohis yang sedang memakai sepatu.
Mereka pun tersenyum2 mendengar teriakan itu dan tertawa menggodai Arya. Dia diam dan sepertinya masih bingung.
"MEIDY ELO APA-APAAN SIH..!! TEGA BANGET LO SAMA GUE..!" aku pun kalap dan merebut bingkisan itu kemudian berlari menuju gerbang sekolah. Air mata ku jatuh tapi aku tetap berlari, sejauh-jauhnya.
"Lucy... Kayaknya gue udah keterlaluan sama dia... Aduh gimana nih.. Cy, maafin gue.." Meidy menyesali perbuatannya tadi.
Aku sudah berlari sampai aku tidak tahu lagi ada dimana.. Saat dibelokan. Tiba2....
_____________________________________________________________________________
Arya
Aku berjalan kaki menuju rumah sepulang sekolah. Aku memikirkan kejadian tadi, sesampai didepan rumah aku melihat Lucy sedang berdiri menyenderkan bahunya ditiang listrik.
"Loh Lucy? Kamu kenapa ada didepan rumahku?" aku bertanya kepadanya, ia hanya tersenyum.
"Hai Arya, gak apa-apa kok. Aku cuman lagi nunggu kamu"
"Nunggu aku? Untuk apa?" aku pun bingung.
"Aku..." dia mengeluarkan sebuah bingkisan dan memberikannya kepadaku
"Mau ngasih ini aja sama kamu..." katanya masih tersenyum
"Jadi yang tadi beneran? Kalo kamu mau kasih ini sama aku?"
"Hehe, iya bener kok. Cuman aku malu aja, abis tadi Meidy pake teriak segala.. Temen-temen kamu jadi pada dengar kan?"
"Oh gitu... Tapi kenapa kamu gak ngasihnya besok aja? Kan kita sekolah" aku bingung melihat ia menggelengkan kepala
"Gak bisa, Arya.. Bingkisan itu udah 3 bulan ketunda karena aku belum siap nyerahinnya, sekarang aku gak mau nunda lagi.." aku semakin bingung mendengar pernyataannya, memangnya benar2 gak bisa besok?
"Hemm. . Udah dulu ya, aku cuman mau kasi itu aja, daah..." ia berbalik dan berjalan tanpa beri aku kesempatan bicara. Tapi... Aku kok kayak ngeliat ada sayap dipunggungnya ya? Eh, pasti hanya khayalan aja.
Didalam rumah aku bermaksud membuka bingkisannya, tiba2 telepon berbunyi...
Trililit...
"Assalamualaikum.." aku pun mengangkat telepon dan memberi salam.
"Wa..Walaikumsalam... A..Arya ini gu.. Gue Meidy temennya... Lucy.." ku dengar seseorang yang sedang menelpon ini terisak.
"Iya ada apa?" aku pun bertanya karena tidak disangka mendapat telepon dari orang yang gak terlalu aku kenal sebelumnya.
"Lucy.. Lucy meninggal karena kecelakaan saat sedang berlari... Ta..Tadi ada saksi yang ngasih tau ke rumahnya..." berita itu sangat mengagetkan ku, Lucy meninggal? Rasanya baru tadi aku bertemu dengannya...
"Tapi... Aku tadi baru aja ketemu sama dia" aku mencoba meyakinkan temannya itu
"Gak mungkin! Dia tewas seketika setelah tertabrak... Gak.. Gak mungkin..." aku terdiam mendengarnya. Dia pun menutup telpon,sementara aku masih diam. Aku kembali kekamar. Membuka bingkisan tadi, ternyata isinya sebuah kaset yang hanya berisi 1 lagu yaitu 'Nuansa Bening' dari Vidi Aldiano yang sangat kusukai, aku pun terus memutarnya, dan wajah gadis itu tiba-tiba terngiang dibenakku. Lucy. Walaupun aku tak mempunyai perasaan apa-apa terhadapmu tapi aku akan menyimpan kenanganmu dan melodi ini dihatiku. Selamat tinggal, semoga kamu tenang disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar